SELAMAT DATANG DI BLOG BAPAK ASMURANSYAH SEMOGA BERMANFAAT SEMOGA TETAP SEMANGAT SALAM JIWA KORSA KOMANDO

Selasa, 15 Maret 2016

HARGA DIRI SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN

Hanya ada satu hal yang bisa  dilakukan Seorang Pemimpin untuk memperbaiki diri, ini dia. Ketika seorang  Pemimpin benar-benar menghargai dan menghormati diri mereka sendiri, itu akan terlihat jelas bagi siapa pun di sekitarnya. Orang-orang ini mungkin tidak semua  Pemimpin bersemangat dan riang gembira, tetapi mereka semua memancarkan rasa penghargaan dan kepercayaan diri sehingga jelas terlihat bahwa  Pemimpin  tidak menganggap diri mereka pecundang. Mulailah dengan memikirkan hal-hal yang baik, yang berharga tentang dirinya– apa saja yang pandai Pemimpin lakukan, caranya  menikmati diri sendiri, dan lain-lain. Mengetahui bahwa  Pemimpin  memiliki kekuatan dan bakat unik tersendiri membuat  Pemimpin jauh lebih mudah mencintai diri sendiri dan lebih sulit memerhatikan orang-orang yang mungkin ingin menjatuhkan nya Bila  seorang Pemimpin merasa terpuruk dan sulit menemukan nilai dalam dirinya,

 Karena itu pemimpin yang buta hati tidak mempedulikan apakah ada kesusahan kesengsaraan dan peperangan atau kedamaian. Karena mereka bukanlah pemimpin yang sejati. Mereka hanya memanfaatkan kedudukan mereka untuk mengumpulkan kekayaan, kekuasaan, dan kediktatoran untuk diri mereka sendiri. Karena itulah kita harus sangat berhati-hati dalam menyikapi pemimpin kita, karena sebagian dari mereka memiliki kecenderungan nafsu serakah yang sangat besar.
Setiap manusia selalu diamanahi untu bisa menjadi seorang pemimpin dan amanah itu suatu saat pasti akan dimintai pertanggungjawabannya”
Pemimpin, selalu ingat mendengar kata tersebut mungkin yang terlintas dalam pikiran pemimpin adalah seorang pemimpin harus bisa pemimpin organisasi, pemimpin lembaga, dan Negara. Kemudian yang menjadi sebuah pertanyaan adalah sosok pemimpin seperti apakah yang sebenarnya dibutuhkan untuk dapat memimpin sebuah kota atau negara dan organisasi atau dalam ruang lingkup yang lebih luas seperti sebuah negara bisa juga sebuah kota
Menjadi seorang pemimpin merupakan sebuah amanah besar yang harus dilaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab sebab kelak segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang pemimpin, mulai dari hal yang paling kecil sampai hal yang paling besar, akan diperhitungkan pada suatu hari suatu saat yang pasti, yakni Hari terakhir Penghisaban jika mati nanti dapat dipertanggung jawabkan kepada Allah swt. Sesungguhnya setiap manusia diamanahkan oleh Allah untuk menjadi seorang pemimpin. Ya, setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, sebagai seorang pemimpin kita harus mampu mengorganisir diri dengan semaksimal mungkin, mulai dari manajemen waktu yang baik, mengontrol diri dalam berbicara, bersikap, dan berperilaku, sampai dalam hal menjaga kesehatan dengan mengatur pola makan dan istirahat. Jika kita telah mampu menjadi pemimpin yang baik untuk diri kita sendiri barulah kita kembangkan potensi kepemimpinan ini dalam ranah yang lebih luas seperti organisasi atau lembaga dan negara.
Seorang pemimpin dalam Kota sebuah organisasi/lembaga merupakan sosok yang mempunyai peran penting terkait “mau dibawa kemana” organisasi/lembaga  warga masyarakat tersebut. Akibat peran penting yang diemban oleh seorang pemimpin, maka yang menjadi pemimpin suatu walikota organisasi/lembaga haruslah seorang yang mempunyai parameter dan indikator sebagai pemimpin yang baik. Berikut adalah beberapa indikator yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut penulis

Pemimpin harus mempunyai kemampuan yang tepat dalam cara menyampaikan jangan berdusta dan berjanji dan tidak ingkar janji
Pemimpin harus bersikap jujur dan terbuka. Kejujuran merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki setiap pemimpin sebab jika tidak kebenaran dari setiap permasalahan yang ada. Jangan sampai keputusan dalam menghadapi suatu permasalahan hanya diputuskan oleh pemimpin sendiri tanpa melibatkan siapapun.
Pemimpin harus bersikap adil dan bijaksana. Dalam menghadapi suatu permasalahan menyelesaiannya dihasilkan sebuah keputusan yang tidak menguntungkan salah satu pihak/golongan sehingga keputusan yang diambil dapat bersifat adil dan dapat menunjukkan kebijaksanaan seorang pemimpin.
Pemimpin harus disiplin. Salah satu sifat kedisplinannya tersebut dapat dijadikan tauladan
Pemimpin harus mempunyai wawasan yang luas. harus siap untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang menghampiri. harus dimiliki setiap pemimpin untuk dapat menyelesaikan masah
Pemimpin harus mampu membangun kerja sama yang baik dengan membutuhkan kerjasama dengan bawahan 
Pemimpin harus dapat membentuk suasana kerjasama yang nyaman sehingga anggota menjadi lebih hasil produktif. .
Pemimpin harus senang mendengarkan kemampuan untuk mendengarkan.kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik didengarkan  kesempatan untuk lebih memahami dan dimengerti sekiranya diajak berdiskusi
Pepatah mengatakan “Jangan lihat siapa yang menyampaikan, melainkan dengarlah apa yang disampaikan.” Dengan demikian, pemimpin yang baik pasti seorang pendengar yang baik. Ia akan semakin dihormati dan dikagumi sebab kerendahan hati yang dimiliki dengan kesediaannya untuk menjadi pendengar yang baik.

Pemimpin harus berani untuk menegakkan hukum-hukum dan aturan dan menegakan keadilan. Dalam memimpin mengarahkan pada bawahan atau siapapun dan organisasi/lembaga yang dipimpinnya agar selalu berada di jalan yang  mengingat amanah yang diembannya ini pasti kelak akan dimintai pertanggungjawabannya
Pemimpin harus berani untuk menegakkan hukum-hukum dan aturan dan menegakan keadilan. Dalam memimpin mengarahkan pada bawahan atau siapapun dan organisasi/lembaga yang dipimpinnya agar selalu berada di jalan yang mengingat amanah yang diembannya ini pasti kelak akan dimintai pertanggungjawabannya

3 komentar:

  1. Tulisan yg cukup baik tapi ada beberapa hal yg kurang pas bagi seorang Pimpinan yaitu dlm pengambilan keputusan, pengambilan keputusan tergantung tingkat area kerja atau organisasi yg dipimpin, bila tidak dilengkapi staf atau hanya pembantu sbg staf bisa jadi keputusan diputuskan oleh pimpinan itu sendiri eg, ketua RT atau yg setingkat. Sebaliknya bila area atau Satuan Kerjanya lebih luas dan dibantu oleh staf yg lengkap maka sebgai pemimpin yg berkemampuan memimpin akan menggunakan stafnya dlm pengambilan keputusan, mengapa?. Pengambiln keputusan sendiri sdalah hanya dari sudut pandang sepihak dan sangat sempit, keputusan yg baik adalah keputusan hasil dari pertimbangan secara Komprehensif dan luas yaitu bdari segala sisi dipertimbangkan melalui analisis oleh karena itu perlu data atas dasar fakta, hals tsb didapat dari unsur staf. Bagaimana menghimpun data yg lengkap dari staf ?, oleh karena itu seorang pemimpin harus punya kemampuan komunikasi yaitu briefing dan debriefing (ada beberapa jenis) sehingga data diperoleh dgn akurat tdk ada yg disembunyikan. Selanjutnya dianalisis thdp sasaran yg hendak dicapai maka harus mampu menganalisis, akan lebih tepat dan komplek lagi bila analisisnya secara komprehensif dan tajam. Bagaimana ?, kemampuan analisis awal akan diperoleh dari hasil kuliah pada level strata 1, bila si mahasiswa benar2 belajar dan menghayati apa yg dipelajari, sebaliknya bila kuliah hanya sekedar belajar utk mengejar nilai dan ijazah plus dgn kegiatan yg tidak ada relevansinya dgn ilmu yg ditekuni maka hasilnya cuma dapat titel sarjana tapi kemampuan analisisnya tidak ada, kalau seperti ini bagaimana mau jadi pemimpin ?, yg spt ini banyak bahkan buanyaaak, lihatlah ada di lembaga2 Pemerintahan (Camat, Bupati, Gubrnur bahkan Menteri) lembaga negara/Kementerian (pejabat eselon 1 s/d 4 bahkan menteri, eg Menpora, Men ESDM, Menteri Puan Maharani dll hampir semuanya ) dan Presiden/Wapres lihatlah Jokowi dan Kalla adakah hasil analisisnya ?. Selanjutnya kemampuan analisis scr komprehensif dan tajam ini akan didapat dari hasil belajar setelah berhasil pada strata Magiter (S 2) bila ybs benar2 belajar spt hal nya pada S 1, bila tidak maka cuma titel yg didapat MM, MBA, Msc lah dlsb titel cuma utk pajangan dibelakang nama cuma utk gagah2an spt Menwa berseragam ala militer, tapi kemampuan analisis tdk ada sama sekali, yg spt ini buanyaak ditemui di gedung rakyat di senayan. Makanya utk menjadi pimpinan tk menengah keatas di PNS harus sdh mengikuti minimal Suskapim kalau di TNI/Polri harus lulus Sesko Angkatan / Sespimpol. kalau dipikir mendalam sekolah itu intinya mengajarkan dan melatih cara berpikir, ilmu akademi itu cuma sarana jadi spt ini: tk SD kita diajari Berhitung Dasar (tambah, kurang, kali dan bagi), SLP belajar berhitung lanjutan (Aljabar Ilmu Ukur dll), SLA belajar Mengevaluasi (kenapa dn Bagaimana dlm berbagai materi pelajaran), S 1 belajar menganalisis ( dr materi ilmu yg ditekuni dan penugasan2 diakhiri dgn buat tulisan/skripsi), Magister belajar Analisis komprehensif (sesuai ilmu yg ditekuni ditinjau dr segala sisi, diakhiri dg Tesis) utk level ini sdh cukup mampu jadi Presiden bila kualitas belajarnya benar. selanjutnya akan lbh baik sbg pemimpin bila tingkat pendidikannya mencapai tk Doktoral (S 3) yaitu mampu berpikir Strategis, tapi S 3 yg benar bukan KW KW, kalau yg KW KW itu banyak yg sedang menghuni gedung di Senayan. Kita angkat topi dgn TNI/Polri, semua para jenderal yg dipercaya memegang jabatan Strategis pasti lulusan Sesko TNI atau SesPati utk Polri karena pendidikan tsb dilatih utk berpikir strategis, cara berpikirnya setara dgn tingkat Doktoral yg nyekolah beneran.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Lanjutan.

    Hals yg lain diantaranya Tidak Berbohong dan taat Hukum atau aturan, bila anggota Menwa merasa sbg calon pemimpin, atau para seniornya yg intends memotivasi atau mempengaruhi Menwa yunior, disadari atau tidak pasti banyak melakukan kebohongan2 dan menyalahi aturan spt ; Wadan Konas ber koar2 tentang Bela Negara yg digathuk2kan dgn pelatihan ala militer, shg muncul istilah Bela negara scr fisik atau ada yg bercerita ttg pengalaman operasi TimTim mengalami kontak tembak dsb padahal semua tau Menwa ke Tim Tim tidak dilibatkan dlm operasi tempur hanya sebatas peninjauan saja bgmn mekanisme operasi yg dilaksanakan di Posko Ops dan melaksanakan karya bhakti bersama aparat yg ada diperwakilan, tapi ceritanya didramatisir spt pasukan TNi yg keluar masuk hutan dan turun naik gunung. Apakah kebohongan2 spt itu sbg calon pemimpin dari Menwa, kemudian ketaatan akan hukum dan aturan, apakah Menwa taat hukum ?. Hals yg kecil yg paling sering terlihat yaitu menggunakan seragam loreng TNI, sudah jelas tidak ada peraturan di Menwa mengizinkan pakai seragam TNI bahkan seragam ala TNI pun dilarang (baca SKB 3 Menteri th 2000, ttg pengembalian Menwa ke Perti menjadi UKM biasa, disana tertulis pelarangan menggunakan seragam TNI), belom lagi legalitas keberadaan KONAS, KNMI dan IARMI apa ada legalitas perizinan keberadaannya dan bisa ikut cawe2 menangani Menwa yg UKM dikampus keluar kampus padahal mrk organisasi diluar kampus dan sangat bukan UKM. Apakah hals tsb bukan pelanggaran hukum ?, padahal dlm tulisan diatas Pemimpin harus mematuhi hukum dan peraturan, apakah demikian sebagai generasi calon2 pemimpin yg dibentuk oleh Menwa???, berarti tulisan mengenai kepemimpinan diatas tdk cocok utk Menwa atau penulis tanpa sadar menunjuk sesuatu menggunakan mulut bukan Jari, kalau pakai jari maka satu jari menunjuk kedepan 4 jari kediri sendiri shg perlu evaluasi dan analisis dulu sebelum menulis, kecuali menunjuk pakai Mulut, nah yg ini prilaku manusia Arogan tdk memiliki kemampuan dan jiwa Pemimpin. Apakah demikian dengan Menwa ??????.

    Demikian komentar saya, mohon maaf mungkin terlalu panjang dan lebar, mudah2an tidak ada org yg Sewot atau marah2 membacanya krn tersinggung (maaf bila menyinggung) niat saya cuma berbagi wawasansemoga kecerdasan kaum intelektual meningkat ditengah carut marutnya negara dan bangsa ini karena dipimpin oleh manusia2 yg tdk mampu sebagai Pemimpin. Marilah kita membentuk kader2 Pemimpin dimasa datang yg benar2 berkualitas yg dimulai dgn tidak menebar kebohongan.

    BalasHapus