Setiap orang hakikatnya merupakan pemimpin, sebagaimana Setiap kalian
adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya.Namun untuk menjadi pemimpin yang baik diperlukan kiat-kiat tertentu,
sehingga akhirnya dapat menjadi pemimpin yang matang dan bijak dalam mengemban
tugasnya.
Adapun kiat-kiat menjadi pemimpin yang bijak antara lain :
Tidak Emosional
Hal ini berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi pemimpin bijak, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit oleh bawahannya akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.
Tidak Egois
Orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi pemimpin bijak, karena bijak itu pada dasarnya ingin kemaslahatan bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.
Suka, Cinta dan Rindu pada Nasihat
Akan sangat bodoh jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada orang yang tahu mengenai hutan. Jika kita di beri nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di sebut bodoh maka seharusnya kita tersinggung jika disebut pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi pemimpin yang bijak. Jika seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat, bahkan memusuhi orang atau bawahannya yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa menjadi pemimpin yang baik dan bijak.
Memiliki Kasih Sayang Terhadap Sesama
Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Diriwayatkan bahwa orang yang dinasehati oleh Rasulullah secara bijak berbalik menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan batinnya adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu di tempat tugas saja. Tetapi kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.
Selalu Berupaya Membangun
Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Pemimpin yang bijak akan membangkitkan semangat bawahannya yang lemah, menerangi sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk bertaubat. Pemimpin yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi kebatilan. Semangat pemimpin yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi bawahannya dan orang lain disekitarnya.
Jadi yang dibutuhkan seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh kasih sayang, cinta akan nasihat dan memiliki semangat terus menerus untuk membangun dirinya, bawahannya atau yang dipimpinnya, ummat serta bangsa ini, dia tidak akan peduli walaupun dibalik kebangkitan yang ada dia mungkin akan tenggelam. Pemimpin yang bijak tidak peduli akan popularitas dan tidak peduli dengan adanya pujian manusia karena kuncinya adalah ketulusan hati, adalah tidak akan bisa bijak jika kita selalu mengharapkan sesuatu dari apa yang kita lakukan. Kita hanya akan menikmati sikap bijak jika kita bisa memberikan sesuatu dari rizki kita, bukannya
Hal ini berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi pemimpin bijak, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit oleh bawahannya akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.
Tidak Egois
Orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi pemimpin bijak, karena bijak itu pada dasarnya ingin kemaslahatan bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.
Suka, Cinta dan Rindu pada Nasihat
Akan sangat bodoh jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada orang yang tahu mengenai hutan. Jika kita di beri nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di sebut bodoh maka seharusnya kita tersinggung jika disebut pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi pemimpin yang bijak. Jika seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat, bahkan memusuhi orang atau bawahannya yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa menjadi pemimpin yang baik dan bijak.
Memiliki Kasih Sayang Terhadap Sesama
Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Diriwayatkan bahwa orang yang dinasehati oleh Rasulullah secara bijak berbalik menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan batinnya adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu di tempat tugas saja. Tetapi kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.
Selalu Berupaya Membangun
Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Pemimpin yang bijak akan membangkitkan semangat bawahannya yang lemah, menerangi sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk bertaubat. Pemimpin yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi kebatilan. Semangat pemimpin yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi bawahannya dan orang lain disekitarnya.
Jadi yang dibutuhkan seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh kasih sayang, cinta akan nasihat dan memiliki semangat terus menerus untuk membangun dirinya, bawahannya atau yang dipimpinnya, ummat serta bangsa ini, dia tidak akan peduli walaupun dibalik kebangkitan yang ada dia mungkin akan tenggelam. Pemimpin yang bijak tidak peduli akan popularitas dan tidak peduli dengan adanya pujian manusia karena kuncinya adalah ketulusan hati, adalah tidak akan bisa bijak jika kita selalu mengharapkan sesuatu dari apa yang kita lakukan. Kita hanya akan menikmati sikap bijak jika kita bisa memberikan sesuatu dari rizki kita, bukannya
Menjadi
pemimpin itu mudah, tapi itu bagi mereka yang terbiasa. Hal ini akan menjadi
rumit ketika dihadapkan pada seseorang yang tidak mengenal bagaimana cara
kepemimpinan yang baik. Memimpin bukan hanya terletak pada sebuah seni,
melainkan ada juga dasar keilmuan yang menyertainya.
Beberapa
faktor yang perlu kita cermati dalam mengenal gaya kepemimpinan antara lain
sebagai berikut ;
Kepedulian seorang pemimpin.
Orang
yang kita pimpin tidak akan mempedulikan apa yang kita ketahui sebelum kita
mengetahui apa saja yang kita pedulikan dari orang yang kita pimpin. Memimpin
bukan berarti kita dengan seenaknya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu
hal. Orang akan mau untuk kita pimpin apabila kita juga mengerti tentang apa yang
mereka butuhkan. Sehingga, mereka akan yakin jika kita mampu dan mau untuk
memenuhi semua kebutuhan mereka. Kita tidak hanya berkumpul dan masuk ke ranah
mereka, tapi kita juga harus bisa meyakinkan mereka jika kita juga merupakan
bagian dari mereka.
Kerendahan hati seorang pemimpin.
Pemimpin
yang baik tidak akan memimpin karena ego. Jadi, kita sebagai pemimpin harus
dapat bersikap rendah hati dan tidak memandang rendah orang yang kita pimpin.
Orang yang memimpin dengan ego akan memerintah dengan penuh amarah, emosional,
dan menciptakan suasana yang serba ketakutan. Memang saat dia memimpin akan ada
banyak yang menaatinya, tapi setelah masa kepemimpinannya selesai maka tidak
akan ada lagi orang yang bersedia untuk mengikutinya. Dengan kata lain,
pengaruhnya terhadap orang yang sebelumnya pernah dipimpin akan lenyap. Karena
itu, bagi kita sebagai pemimpin jadi lah pemimpin yang menjadi pemimpin karena
dipercaya untuk memimpin, bukan semata karena usaha keras kita untuk bisa
mendapatkan gelar sebagai seorang pemimpin. Kita tidak boleh menempatkan diri
sebagai orang yang terbaik semata, tapi kita harus menempatkan diri sebagai
orang yang lebih bersedia memimpin daripada orang lain dan bersedia melakukan
segala hal yang dipercayakan oleh mereka.
Memimpin dengan sederhana, jelas, dan langsung.
Bagaimana
mungkin seseorang akan menjalankan perintah yang ngawur, ruwet, dan
membingungkan? Karena itu, kita harus membuat sebuah penyederhanaan. Perintah
kita harus sederhana untuk menghindari kerumitan berpikir dan bertindak, jelas
agar mudah dipahami maksudnya, dan mengarah langsung pada fokus tujuan yang
ingin dicapai. Kita sebagai pemimpin juga tidak boleh terlalu kaku ataupun
bimbang dalam mengkoordinir pengikut kita. Yang dibutuhkan di sini adalah gaya
yang fleksibel, artinya keputusan kita pun dapat berubah seiring dengan desakan
kebutuhan dari orang yang kita pimpin. Akan tetapi, kita juga harus tetap
memelihara jika perubahan ini tetap dalam ranah yang logis dan masuk akal.
Sikap menghormati kawan maupun lawan.
Seorang
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak pernah meremehkan orang lain.
Jika kita sebagai pemimpin terbiasa untuk meremehkan kinerja orang lain, maka
itu artinya kita sama saja tidak menunjukan kalau diri kita hebat dan penting,
tapi menunjukan betapa kerdilnya diri kita sendiri. Kita harus bersikap hormat
dan menghargai orang lain, karena dengan begitu kita akan memiliki kharisma
yang luar biasa di mata orang lain. Kita tidak membuat kawan maupun lawan takut
kepada kita, tapi membuatnya segan kepada kita. Pemimpin yang besar itu tidak
pernah mengemis untuk mendapatkan kepercayaan dari orang yang dipimpinnya,
tetapi berusaha bagaimana untuk menunjukan kepada mereka cara mempercayai diri
mereka sendiri.
Tidak memimpin dengan ambisius.
Memimpin
secara ambisius erat kaitannya dengan emosional dan berujung pada kepentingan
pribadi. Kita sebagai pemimpin seharusnya bisa untuk bersikap membedakan
kepentingan pribadi dan kelompok. Jangan pernah mencampur adukan di antara
keduanya. Pemimpin yang ambisius bisa saja mendapat kepercayaan, tapi tidak
akan mungkin mendapatkan pengikut! Kalau sudah tidak ada lagi yang mau
mengikuti kita, lalu siapa yang kita pimpin?
Memimpin dengan emosi yang stabil.
Emosi
tidak berarti selalu dikaitkan dengan hal yang buruk. Emosi merupakan gejolak
sebagai indikator terhadap apa yang sedang kita rasakan. Emosi merupakan alat
yang memberitahu kita apa yang seharusnya kita lakukan sebagai tindak lanjut
atas apa yang kita rasakan. Memiliki emosi yang kurang stabil itu tidak baik,
apalagi jika digunakan untuk memimpin seseorang. Jangan pernah meneriakan
sebuah hal di depan umum, karena hal tersebut dapat mengurangi wibawa kita
sebagai pemimpin. Hal yang demikian akan memberikan pandangan orang yang kita
pimpin jika kita adalah orang yang kurang pintar menguasai diri. Jika sudah
demikian, saat kita sudah dicap tidak lagi mampu menguasai diri sendiri,
bagaimana mungkin kita bisa menguasai orang lain? Lalu akibatnya? Tidak akan
ada lagi yang mau mengikuti kita.
Pentingnya partisipasi orang yang kita pimpin.
Kita
sebagai pemimpin ada untuk merealisasikan kebutuhan dari mereka yang kita
pimpin. Sebagai manusia biasa, kita hanya akan tahu apa yang sebenarnya mereka
butuhkan saat mereka mau menyampaikan apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan
harapkan dari kepemimpinan kita. Aturlah partisipasi aktif dari mereka dalam
mempengaruhi kepemimpinan kita. Akan tetapi, partisipasi ini muncul saat kita
benar-benar tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Kita juga
harus pandai mengatur frekuensi peran aktif orang yang kita pimpin agar tidak
terlalu berlebihan maupun tidak terlalu kurang. Tetap jaga stabilisasi agar
kepemimpinan kita tidak terlalu demokrasi yang berlebihan atau diktator yang
berlebihan.
Dengan
menjadi pemimpin yang baik akan membawa kita pada keberhasilan tujuan dari apa
yang selama ini kita semua harapkan. Semua kebutuhan akan terakomodir, masalah
dapat diminimalisasi, dan tujuan yang jelas dapat dicapai. Memimpinlah dengan
pikiran dan hati sanubari. Dengan begitu, keberhasilan memimpin akan selalu ada
di tangan kita semua.
Menjadi Pemimpin yang Lebih Baik, Lakukan
Pada Diri Anda terlebih Dahulu
Mendapatkan Hasil Kerja yang Baik tidak hanya akan membuat Anda Senang dan
Bahagia, namun Hasil ini akan menjadikan Anda lebih Fokus, Percaya Diri dan
Bergairah. Karyawan Anda pun lebih Terinspirasi, dan Lebih Fokus dengan
Pekerjaan mereka sendiri. Ini akan sangat Berhasil pada Diri Sendiri dan
Tim Anda. Berikut beberapa Langkah Praktis dalam Mengembangkan dan Mengelola Diri
Anda Sendiri menjadi Pemimpin yang Lebih Baik.
1. Menetapkan Tujuan
Pribadi (Set Personal Goals)
Langkah Awal Mengurusi Diri Sendiri adalah dengan Menemukan Apa yang ingin Anda Improve dalam Diri Anda. Tetapkan semua Tujuan Pribadi Anda, sehingga dapat ditentukan Mana Prioritas dan Mana yang Kurang Penting. Penentuan Tujuan Pribadi ini akan memberikan Arahan Jelas tentang masa depan yang diidamkan. Keberhasilan selalu bermula dari Cita-cita dan Impian, dan Impian selalu bermula dari Keinginan Pribadi. Tetapkan Tujuan Pribadi Anda untuk membangun Kepemimpinan yang Lebih Baik.
Langkah Awal Mengurusi Diri Sendiri adalah dengan Menemukan Apa yang ingin Anda Improve dalam Diri Anda. Tetapkan semua Tujuan Pribadi Anda, sehingga dapat ditentukan Mana Prioritas dan Mana yang Kurang Penting. Penentuan Tujuan Pribadi ini akan memberikan Arahan Jelas tentang masa depan yang diidamkan. Keberhasilan selalu bermula dari Cita-cita dan Impian, dan Impian selalu bermula dari Keinginan Pribadi. Tetapkan Tujuan Pribadi Anda untuk membangun Kepemimpinan yang Lebih Baik.
2. Menyisihkan Waktu bagi
Diri Sendiri (Take Time for Yourself)
Sebagai Pemimpin, tentu Anda memiliki banyak sekali hal-hal dalam “piring” Anda yang harus dihabiskan dengan seksama. Dan waktu adalah Musuh Utama Anda dalam hal ini. Menghadapi Tantangan Waktu adalah dengan Menghadiahi Diri Sendiri sedikitnya beberapa Jam dalam Seminggu untuk sekedar Ber-Relaksasi, Membaca Artikel dan Buku, Mengendarai Mobil dan lainnya. Luangkan Waktu bagi Diri Sendiri sebagai Penyegaran bagi Diri Anda untuk siap Menjadi Pemimpin yang Lebih Baik.
Sebagai Pemimpin, tentu Anda memiliki banyak sekali hal-hal dalam “piring” Anda yang harus dihabiskan dengan seksama. Dan waktu adalah Musuh Utama Anda dalam hal ini. Menghadapi Tantangan Waktu adalah dengan Menghadiahi Diri Sendiri sedikitnya beberapa Jam dalam Seminggu untuk sekedar Ber-Relaksasi, Membaca Artikel dan Buku, Mengendarai Mobil dan lainnya. Luangkan Waktu bagi Diri Sendiri sebagai Penyegaran bagi Diri Anda untuk siap Menjadi Pemimpin yang Lebih Baik.
3. Menuliskan Apa yang
Anda Rasakan (Write it Down)
Langkah menjadi Pemimpin yang Lebih baik adalah dengan menuliskannya, baik dengan Blog, Artikel dan Daftar Lainnya, hal ini membawa Perasaan Anda lebih Fokus dan Yakin Apa yang Menjadi Prioritas. Anda akan lebih Terbuka dengan Tujuan dan Goals. Setiap apa yang Anda tuliskan dapat menjadi sebuah Cerminan Perjalanan Keberhasilan Anda menuju Goals.
Langkah menjadi Pemimpin yang Lebih baik adalah dengan menuliskannya, baik dengan Blog, Artikel dan Daftar Lainnya, hal ini membawa Perasaan Anda lebih Fokus dan Yakin Apa yang Menjadi Prioritas. Anda akan lebih Terbuka dengan Tujuan dan Goals. Setiap apa yang Anda tuliskan dapat menjadi sebuah Cerminan Perjalanan Keberhasilan Anda menuju Goals.
4. Terus Bergerak (Keep
Moving)
Bergerak akan menjadikan Pikiran Anda terus Berputar dan Bekerja. Anda tidak harus datang ke Gym untuk Bergerak. Cukup dengan mengelilingi Lingkungan di Rumah, atau Berjalan Kaki menuju Lantai Atas dan Bawah, akan memberikan Penyegaran dalam Benak Anda. Pemikiran Brilian terkadang muncul pada saat Anda dalam sebuah Pergerakan Fisik. Jalan-jalan di Taman atau Berkeliling Kolam memberikan Aura Positif Pikiran Anda, Suara Burung yang bersautan menambah Kentenangan dalam Kekalutan. Teruslah Bergerak, Berpindah dari satu tempat duduk menuju tempat lainnya. Fisik yang Bugar membawa Mental yang Segar.
Bergerak akan menjadikan Pikiran Anda terus Berputar dan Bekerja. Anda tidak harus datang ke Gym untuk Bergerak. Cukup dengan mengelilingi Lingkungan di Rumah, atau Berjalan Kaki menuju Lantai Atas dan Bawah, akan memberikan Penyegaran dalam Benak Anda. Pemikiran Brilian terkadang muncul pada saat Anda dalam sebuah Pergerakan Fisik. Jalan-jalan di Taman atau Berkeliling Kolam memberikan Aura Positif Pikiran Anda, Suara Burung yang bersautan menambah Kentenangan dalam Kekalutan. Teruslah Bergerak, Berpindah dari satu tempat duduk menuju tempat lainnya. Fisik yang Bugar membawa Mental yang Segar.
Sudah saatnya Anda menentukan Tujuan Baru, baik
Profesional atau Personal. Anda akan Menjadi Pemimpin yang Lebih baik
ketika Lebih Dahulu Memperhatikan Diri Sendiri. Melihat ke dalam diri sendiri
bukan menunjukkan Sikap Egois atau Selfist, namun sebuah Introspeksi menjadi
Pribadi yang lebih Baik bagi orang lain di sekitar Anda.
yang sudah pintar harus membelajari. yg belum.pintar.
mau hidup bermewah mewah silahkan. Tak ada larangan.
asal jangan merugikan orang lain.
Sebagai
organisasi Kampus dalam sosial kemasyarakatan sebagai pemimpin , setiap anggota Korps Resimen Mahasiswa Indonesia harus mampu
memberikan wawasan kebangsaan di lingkungan di mana ia berada, baik lingkungan
kerja maupun rumah atau kampus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar